Masa kecil dan remaja dihabiskan di lingkungan pesantren. Negeriku mana ada negeri sesubur negeriku. Penilaian puisi puisi cintamu karya mustofa bisri seakan akan memiliki rasa yang sunyi walaupun kita dapat merasakan dimensi sosial yang terkandung hal ini dikarenakan pada awalnya mustofa bisri adalah seorang ulama sehingga pandangan dunianya

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ini kali tidak ada yang mencari cintadiantara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba diujung dan sekalian selamat jalandari pantai ketempat, sedu penghasilan bisa terdekap Pada puisi karya Chairil Anwar yang berjudul Senja di Pelabuahan Kecil menceritakan tentang cinta yang sudah tidak dapat diperoleh lagi. Kemudian pengarang menuliskan sebuah gedung, rumah tua, cerita tiang dan temali, kapal, dan perahu dalam puisi tersebut dimana benda-benda tersebut mengungkapkan perasaan sedih dan sepi . Yang dimana benda-benda tersebut mengungkapkan perasaan sedih dan sepi. Yang dimana benda-benda tersebut tertulis dalam bait pertama. Pada bait kedua, pengarang memfokuskan pada latar suasana tidak membahas benda-benda lagi seperti pada kalimat "Dipelabuhan itu turun gerimis yang mempercepat kelammenambah kesedihan yang dialami pengarang dan ada "kelapa elang" yang menyinggung muram"membuat hati pengarang menjadi lebih muram, dan hari-hari seakan lagi berenang . suasana dipantai membuat pengarang dipenuhi harapan untuk terhibur, ternyata suasana pantai itu kemudian berubah, harapan untuk mendapatkan itu menjadi musnah, sebab pengarang menuliskan kalimat "kini tanah, air, tidur hilang ombak". Pada bait ketiga dalam puisi, pikiran pengarang lebih memfokuskan pada dirinya. Ia merasa dirinya benar-benar sendiri. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan untuk memberikan hiburan dalam kesendiriannya itu . Pada kalimat selanjutnya ia menuliskan "Dalam kesendirian itu, ia menyisiir semenanjung semula ia berjalan dengan dipenuhi harap dan kalimat sekali tiba diujung dan sekalian selamat jalan" dari kalimat tersebut saat ia mencapai ujung dan tujuannya, ternyata orang yang diharapkan malah mengucapkan selamat jalan. Maka dari itu pengarang merasa bahwa ia sama sekali tidak ada harapan untuk mencapai tujuannya kembali. Dari puisi diatas karya Chairil Anwar yang berjudul" Senja di Pelabuhan Kecil", puisi ini menggambarkan perasaan seoarng penyair yang gagak dan merasa sedih dalam percintaan yang dia alami, kemudian ia utarakan dalam bentuk puisi ini. Berdasarkan kehidupan nyata, manusia yang mengalami soal percintaan mungkin pernah mengalami kegagalan. Ketika manusia mengalami kegagalan tersebut, manusua akan kehilangan motivasi untuk menjalani kehidupan yang ia jalani dikarenakan tidak ada yang mendampingi. Kelebihan dan kekurangan pada puisi senja di pelabuhan kecil adalah puisinya bagus terlihat pada pemilihan diksi yang tepat,akan tetapi dalam puisi tersebut juga masih banyak dijumpai kata- kata yang sulit untuk dipahami sehingga membutuhkan kamus untuk mengartikannya dan juga membutuhkan pemahaman yang tinggi untuk mengetahui maksud atau makna dari puisi tersebut. Membutuhkan tingkat pengalaman dan penghayatan agar pembaca dapat mengetahui maksud tersirat dari puisi "Senja di Pelabuhan Kecil" 1 2 Lihat Puisi Selengkapnya

sekalitiba di ujung dan sekalian selamat jalan. dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. Karya : Chairil Anwar (1946) Secara sepintas lalu dapat saya rasakan bahwa puisi diatas mempunyai kepaduan dan harmoni antara struktur fisik dan struktur batin. Puisi "Senja di Pelabuhan Kecil Karya Chairil Anwar" cukup intens bahasanya.
Senja di Pelabuhan Kecil”Buat Sri Ajati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. 1946 Chairil Anwar, 200958 Chairil biasanya orang yang tegar dan selalu optimis dalam segala hal tetapi dalam puisi ini dia merasa pesimis karena cintanya sudah kandas. Sehingga puisi ini seakan-akan menjadi melankolis karena sajaknya berisi tentang ratapan dan kesedihan Chairil dalam memikirkan nasib yang benar-benar sudah tak bisa lagi dirubah. Tetapi emosi Chairil yang menguasai puisi ini menyebabkan sajaknya tidak terlalu terlihat sedih. Hal ini berbeda dengan puisi Chairil yang menunjukkan ketegaran dan kekuatan Chairil Anwar tersebut, seperti yang tergambar dalam puisinya yang berjudul “Aku” ini. Penyair menulis puisi ini karena penyair ingin menunjukkan keindividualan. Chairil membawa semangat lewat puisi tersebut karena pada saat itu orang Indonesia belum ada yang meng-akukan dirinya. Seperti yang tergambar dari bait-bait puisinya sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Pada bait tersebut penyair menyadari peran dalam hidupnya yang mengharuskan adanya tindakan agar tidak terpengaruh oleh orang lain. Hal ini berkaitan dengan baris berikutnya bahwa ia tak mau orang lain mempengaruhi hidupnya. Penyair berpikiran orang lain yang mempengaruhi hidupnya membuat ia kehilangan kemerdekaannya, sehingga ia menunjukkan keindivualitasnya yang berkaitan dengan baris selanjutnya yang berarti ia tidak akan terpengaruh oleh siapapun. Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Pada bait tersebut penyair benar-benar tidak peduli apa pun yang terjadi, karena tidak akan mempengaruhi keinginannya. Penyair memilih untuk menolak pengaruh semangat lingkungan, dan gigih mempertahankan ketunggalannya sebagai persona, serta mempertahankan individualitas, kemudian dengan tegas ia berkata pada baris berikutnya ini membuktikan ia telah memilih dunianya yang otonom. Karena hal itu, ia harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam menjalani eksistensinya, sebab ia akan mendapatkan tantangan-tantangan. Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Selanjutnya pada tersebut menunjukkan perjuangan penyair dalam dunianya sendiri, yang tetap bertahan dengan idiologinya walau berbagai cobaan yang pedih menghampirinya. Karena ia tidak akan mempedulikannya. Ini merupakan prinsip hidup penyair yang selalu ia pertahankan. Dari uraian tersebut, sebagai pembaca hal yang paling bisa kita petik yaitu, semangat penyair dalam mempertahankan prinsip hidupnya. Prinsip hidup itu tidak akan bisa tergantikan oleh apa pun, sehingga tidak bisa dipengaruhi orang lain. Jika kita ingin hidup lebih baik, maka kita perlu menjadi diri sendiri yang tidak ada pengaruh hal lain dari mana pun juga. Hal ini yang perlu kita pertahankan demi kelancaran hidup ini Hal ini berbeda pada puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” pengarang menceritakan tentang cintanya yang sudah tidak dapat diperoleh lagi. Pengarang menggambarkan gedung, rumah tua, tiang, dan temali, kapal, dan perahu yang tidak bertaut. Benda-benda itu semua mengungkapkan tentang perasaan sedih dan sepi yang dirasakan pengarang. Penyair atau pengarang merasa bahwa benda-benda di pelabuhan itu membisu kepadanya. Selain itu dalam bait pertama Chairil mencoba menuangkan perasaannya, bagaimana seorang kekasih tidak lagi bersamanya. Si “aku” dalam puisi ini merasakan kesendirian yang memilukan, semenjak ditinggalkan kekasinya. Semuanya memang terlewat, tetapi terlewat tanpa sesuatu yang perlu dikenang. Berikut bait pusinya Bait pertama Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Pada bait kedua dalam Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” penyair memfokuskan perhatian pada suasana pelabuhan dan penyair tidak lagi menghiraukan benda-benda di pelabuhan yang beraneka ragam. Penyair hanya memperhatikan suasana pelabuhan yang saat itu sedang gerimis hingga menambah kesedihan penyair. Namun, suatu saat penyair berharap suasana di pantai itu akan membuat hati penyair kembali dipenuhi harapan untuk terhibur, tetapi suasana pantai itu kemudian berubah sehingga menyebabkan harapannya musnah. Selain itu alam berjalan seperti biasanya, tetapi si “aku” dalam puisi ini tidak dapat merasakan apa-apa. Hanya kesendirian yang setia bersamanya. Berikut bait puisinya Bait kedua Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Pada bait ketiga dalam Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” penyair memusatkan pada dirinya sendiri, bukan pada pantai dan benda-benda disekeliling pantai itu. Dia merasa tidak ada lagi yang diharapkan karena tidak ada yang menghiburnya dalam kesedihan dan kesendiriannya. Dalam kesendiriannya, penyair tetap berjalan dengan penuh harapan. Namun sesampainya di tujuan, orang yang diharapkan penyair bisa menghiburnya, justru meninggalkannya. Penyair merasa tidak ada lagi harapan untuk mencapai tujuannya kembali. Sehingga penyair merasa tidak dapat meraih cintanya. Berikut bait puisinya Bait ketiga Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. Berdasarkan analisis “Puisi Senja di Pelabuhan Kecil” di atas kita dapat memberikan penilaian bahwa puisi tersebut lebih menonjolkan kesendirian yang dirasakan pengarangnya karena dalam ’Puisi Senja di Pelabuhan Kecil”, pengarang ingin melukiskan perasaannya melalui syair yang dibuatnya. Dalam syairnya, pengarang mengungkapkan bahwa kegagalan cinta itu menyebabkan hatinya sedih dan tercekam. Penyair membutuhkan seseorang untuk menghibur dirinya. Namun seseorang yang diharapkan bisa menghiburnya, justru pergi meninggalkannya. Penyair merasa itu semua merupakan sebuah kegagalan. Hal itu menyebabkan seolah-olah penyair kehilangan segala-galanya. Di dalam puisi ini sangat terlihat psikologi penyair yang terguncang, hal itu terlihat ketika pengarang atau penyair berusaha untuk bangkit mencari hiburan dan menginginkan sebuah harapan dengan menyusuri semenanjung. Selain itu, psikologis pengarang juga sangat terlihat dari ungkapan perasaan jiwanya yang sangat sedih dan berharap ada sebuah harapan datang. Penyair berharap ada yang menghiburnya, tetapi harapan itu tiba-tiba hilang bahkan dari kejadian itu terlihat jelas bahwa jiwa penyair terguncang karena kesedihan penyair yang ia dapatkan kembali. Ketika orang mulai berusaha untuk bangkit dari kesedihannya, menandakan ia bisa menguasai dirinya. Namun, ketika penyair sudah berusaha bangkit tetapi sia-sia, hal itu yang bisa menyebabkan dirinya terganggu. Semua bisa terganggu ketika hal yang ia alami tidak sesuai dengan keinginannya dan menyebabkan hal buruk. Apa yang dialami penyair menyebabkan penyair merasa kehilangan segala-galanya. Keadaan seperti inilah yang ditakutkan karena ketika ia merasakan hal seperti ini, rasionalnya tidak bisa bekerja dengan baik.
Karyamonumental seorang Chairil Anwar, Senja Di Pelabuhan Kecil adalah salah satunya. Berpuluh kali saya membaca dan menyimak puisi ini guna mencari letak kekuatan puitiknya, dan saya perbandingkan pula dengan analisis puisi dari banyak orang tentang puisi ini, namun sampai hari ini saya belum juga punya kesimpulan dimana letak kekuatan puitik dari puisi ini.
SENJA DI PELABUHAN KECIL Karya Chairil Anwar Ini kali tidak ada yang mencari cinta diantara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap 1946 Chairil Anwar Puisi yang berjudul “Senja Di Pelabuhan Kecil” ini ditulis pada tahun 1946 oleh Chairil Anwar dan dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern karya ini tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan 45. Tema yang diangkat dalam puisi ini adalah tentang kemanusiaan lebih spesifik lagi tentang perasaan si penyair kepada orang yang tidak lagi dicintainya. Pilihan kata yang lugas dan mengandung makna mendalam sulit kita jumpai pada penyair jaman sekarang ini. Resapan hati Chairil Anwar ditumpahkan semuanya dalam Puisi Senja di Pelabuhan Kecil. Isi dari puisi “Senja Di Pelabuhan Kecil” ini lebih menonjolkan kesendirian yang dirasakan penyair, karena penyair ingin melukiskan perasaannya melalui syair yang dibuatnya. Dalam puisi ini penyair mengungkapkan bahwa kegagalan cinta itu menyebabkan hatinya sedih dan tercekam. Ia membutuhkan seseorang untuk menghibur dirnya. Namun seseorang yang diharapkan tersebut justru pergi meninggalkannya. Pengarang merasa itu semua merupakan sebuah kegagalan. Hal itu menyebabkan seolah-olah pengarang kehilangan segala-galanya. Ketika seseorang mulai berusaha untuk bangkit dari kesedihannya, menandakan bahwa ia bisa menguasai dirinya. Namun, ketika seseorang sudah berusaha bangkit tetapi sia-sia, hal itu yang bisa menyebabkan dirinya terganggu. Semua bisa terganggu ketika hal yang ia alami tidak sesuai dengan keinginannya dan menyebabkan hal buruk. Yakinlah dibalik itu semua ada suatu keindahan yang akan segera kita saksikan. Manusia hanya berdoa dan berusaha untuk yang terbaik. Kebahagiaan hakiki terletak pada diri setiap insan manusia yang selalu bersyukur atas segala yang telah kita nikmati dalam hidup. Amanat yang terkandung dalam puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” ini yaitu Ketika ada masalah jangan bersedih terus-menerus, segeralah bangkit dari kesedihan. Selalu mencari cinta sejati tanpa mengenal lelah, karena cinta sejati baru akan ada ketika usaha kita disertai dengan doa yang tulus dan ikhlas. Cinta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, cinta kepada sesama, dan cinta kepada alam raya. Penulis Anggi Eria Rahayu dan Riska Fitriana PBSI STKIP PGRI Pacitan Jawa Timur
29Juni 2020). Puisi "Senja di Pelabuhan Kecil" menjadi salah satu puisi yang bisa mengkomunikasikan maksud dari karya yang akan diciptakan, dalam arti sama-sama berproses untuk belajar membuat musik yang baru. Puisi "Senja di Pelabuhan Kecil" secara singkat memiliki makna tentang sebuah ungkapan perasaan dari seorang
Kritik adalah komentar yang berisi kecaman. Mengkritik berarti mengomentari kekurangan yang kadang-kadang disertai pertimbangan baik buruk atau saran terhadap sebuah keputusan, informasi, atau karya. Kritik yang objek kajiannya karya sastra disebut kritik sastra. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkritik karya sastra. Pertama, mengkritik karya sastra berarti menganalisis unsur-unsur pembangun karya sastra dan hubungan antarunsur tersebut. Kedua, mengkritik karya sastra berarti menafsir makna berupa keunggulan karya sastra yang tersembunyi agar dapat dinikmati secara utuh. Ketiga, men-gkritik karya sastra berarti juga menilai kualitas baik-buruk karya sastra berdasarkan analisis dan tafsiran tadi. Salah satu unsur pembangun karya sastra adalah diksi yang diartikan sebagai pemilihan kata-kata yang digunakan oleh penyair dalam puisinya. Secara keseluruhan puisi tersebut menggunakan kata-kata yang bermakna kias seperti Pada kata "kelam" yang sengaja dipilihnya karena terasa lebih dalam dan indah daripada kata "gelap" walaupun sama artinya. Pada kalimat "ada juga kelepak elang menyinggung muram" yang berbicara kemuraman sang penyair saat itu. Untuk mengungkapkan hari-hari telah berlalu dan berganti masa mendatang diucapkan dengan kata-kata penuh daya pada kalimat "desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan". Penggambaran malam yang semakin gelap dan air laut yang tenang, disajikan dengan kata-kata yang sarat akan makna, yakni pada kalimat "dan kini tanah dan air" tidur hilang ombak. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah pilihan A.
MaknaPuisi Ke Pelabuhan Karya Toeti Heraty. Hasilnya adalah antara lain sajak saduran "Krawang Bekasi" (dari karya MacLeish) dan terjemahan Perhatikan kutipan puisi di bawah ini. Senja di Pelabuhan Kecil Buat Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta Di antara gudang, rumah tua, pada cerita Tiang serta temali. Kapan, perahu tiada berlaut, Menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut. Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang Menyinggung muram, desir hari lari berenang Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak Dan kini tanah, air tidur, hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan. Menyisir semenanjung, masih pengap harap Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan Dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. Chairil Anwar, 1946 Suasana yang tergambar dari puisi di atas adalah.…

Membaca puisi-puisi tentang patah hati saja sudah membuat pembacanya ikutan galau, apalagi puisi dibaca saat perasaan yang pas. Berikut contoh puisi tentang patah hati. 1. Puisi Yang Terampas dan Yang Putus Chairil Anwar. Kelam dan angin lalu mempesiang diriku. Menggigir juga ruang di mana dia yang ku ingin. Malam tambah merasuk, rimba jadi

Foto Penulis Senja Di Pelabuhan Kecil Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap Puisi merupakan salah satu bentuk apresiasi yang kita miliki, dengan adanya puisi kita bisa menyampaikan apa yang ada dipikiran kita. Puisi juga bisa digunakan sebagai wadah untuk kita selalu berkreasi dalam tulisan yang dibuat. Lebih tepatnya puisi sebagai karya sastra yang terikat dengan rima, irama, penyusun bait, serta baris bahasanya terlihat indah dan penuh makna. Bahasa yang terlihat indah dan bermakna digunakan untuk mengambarkan suatu suasanya yang diciptakan oleh pengarang. Pengarang bisa mengambarkan perasaan sedih gembira, putus asa, jatuh cinta, dan kesal dari penyusunan bahasa yang digunakan. Puisi sedih dan gembira yang dituliskan oleh seorang pengarang bisa saja berasal dari curhatan hati atau perasaan pribadi, seperti puisi senja di pelabuhan kecil karya Chairil Anwar. Puisi Senja di Pelabuhan Kecil mengambarkan mengenai kisah sedih seorang pria namun, masih memiliki sikap yang tegas. Kesedihan yang dialaminya adalah perasaan yang pesimis dikarenakan cinta yang kandas. Hancurnya sebuah hubungan yang telah dijalani oelh seseorang menjadi pemicu dari keterpurukan yang ada di dalam diri kita. Cinta terkadang menjadi hal yang penting bagi sebagian orang. Saat cinta yang ia memiliki telah pergi meninggalkannya maka itu akan mempengaruhi diri sendiri dan kehidupan sehari-hari yang dijalani. Cinta bisa menjadi sebuah sumber kebahagiaan bagi seseorang dan diri sendiri. Kebagiaan seseorang yang sedang jatuh cinta tidak bisa diukur dengan apa pun, dengan cinta ia bisa mengubah hari-hari yang kelam menjadi berwarna, namun saat cinta hilang hari yang berwarna pun menjadi suran tanpa ada senyuman. Puisi Chairul Anwar bisa menarik pembacanya larut dalam kesedihan yang ia tuangkan dalam puisi. Puisi ini ditunjukkan untuk Sri Anjati, dimana dia adalah kekasih pujaan yang sangat dicintai oleh Chairil Anwar namun tidak bisa bersama lagi. Kesedihan dan kekosongan hati yang dirasakan Chairil Anwar dituangkan dalam semua puisi yang berjudul senja di pelabuhan kecil. Tidak ada lagi yang mencari cinta dimaksudkan bahwa ia sedang putus asa karena ditinggalkan Sri Ajati. Ia merasakan kehilangan yang sangat mendalam akibat ditinggalkan oleh orang yang sangat berharga bagi hidupnya. Penulis merasakan bahwa ia telah menyia-yiakan cinta yang datang dan mengabaikannya, sehingga membuat Sri Anjati pergi. Pengambaran gudang dan rumah tua yang dituliskan dalam lirik puisi mengambarkan hatinya yang sedang kosong. Kekosongan di dalam hati yang di rasakannya membuat ia merasa sendiri dan terpukul. Semua yang ia rasakan kosong tidak berwarna akibat ditinggalkan oleh Sri Anjati, itulah pengambaran dari diri Chairil Anwar. Pengambaran bati yang kosong juga dapat dilihat dari lirik puisi Perahu tidask berlaut. Maksud dari perahu tidak berlaut adalah tidak ada lagi orang yang bisa merebut hatinya kecuali Sri Anjati, dimana semua orang yang telah mendekatinya tidak bisa merebut perasaan yang ia punyai. Lirik puisi yang selanjutnya adalah menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut dimana ia pasrah akan keadaan yang dimiliki sekarang ini. Pengambaran suasana saat pengarang sedih adalah gerimis mempercepat kelas dimana seolah kesedihan yang ia rasakan cepat berlalu tengelam oleh hari-hari yang ia lewati. Hari berganti seperti biasanya namun, kesedihan yang ia rasakan terus berlanjut seiring berjalannya waktu. Kesedihan itu tidak memudar sedikit pun meski hari telah berganti. Melewati hari-hari yang buruk dengan kesedihan yang ia rasakan. Meskipun ia mencoba lari dari kesedihan yan dirasakan semua itu terasa sia-sia. Kesedihan masih mengikuti dirinya hingga waktu yang lama. Puisi Senja di pelabuhan kecil memiliki makna konotatif atau makna yang tidak sebenarnya. Ia mengambarkan apa yang dirasakan dengan menemu bujuk pangkal akanan tidak bergerak dimana maksud dari lirk tersebut adalah sedih yang dirasakannya masih sama tidak berubah sedikit pun dari dirinya. Serta tiba-tiba ia ingin menghilangkan kesedihan yang dirasakannya karena sudah lelah merasakan kesedihan akibat ditinggal oleh seseorang yang dicintainnya. Merasakan kesendirian, bagai seseorang yang tidak punya siapa-siapa, itulah perasaan yang dirasakan oleh pengarang. Parasaan tersebut digambarkan dengan lirik tiada lagi, aku sendiri, berjalan. Meski hanya ditinggal oleh satu orang yang berharga baginya ia merasa bahwa tidak ada lagi yang menemani hari-hari yang dilewatinya, seolah tidak ada seseorang yang dijadikan sandaran lagi. Menyisir semenajung adalah pengambaran makna denotasi atau makna yang sebenarnya. Ia memiliki harapan yang besar kepada Sri Anjati untuk kembali lagi ke dalam pelukannya agar bisa bersama-sama menghabiskan hari yang indah berdua. Besarnya harapan yang ia miliki membuat pengarang makin tersikasa dengan harapan yang dimilikinya. Sekali tiba diujung dan sekalian selamat jalan adalah pengambaran bahwa jika segala sesuatu yang kita mulai telah selesai maka itulah akhir dari perjalanan yang dimulai. Segala sesuatu yang ada pasti memiliki akhir yang bagus atau pun buruk, semua sudah ditentukan dari perbuatan yang telah kita lakukan. Pengambaran ini adalah sudah mencapai batas dari perjuanagan cinta yang dilaluinya. Diakhir itulah kesedihan yang dirasakan harus berhenti dan memikirkan hal yang baru lagi. Sedu penghabisan bisa berdekap adalah pengambaran bahwa perasaan yang dimilikinya telah usai dan tidak ada lagi kesedigan yang dirasakan setelah semua berahir. Saat luka yang diamali seseorang menjadi semakin dalam mereka hanya bisa meratapi keadaan yang ada .Perasaan yang dialaminya hanyalah kesedihan. Kesedihan atas kesendirian, kesepian, kedukaan, yang ditinggalkan oleh Sri Ayati kekasih pujaan yang selama ini diratapinya. Meskipun telah kehilangan cinta yang begitu besar kita harus selalu ikhlas dengan jalan hidup yang sudah dipilih. Jaganlah merasakan kesedihan yang begitu berlarut-larut karena semua pasti akan kembali, dan kita akan mendapatkan apa yang pantas kita dapatkan. Penulis Ucik Susilowati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang wyYH2. 436 112 3 377 404 301 443 45 161

makna puisi senja di pelabuhan kecil